Selasa, 01 November 2011

Pentingnya Eko Interior

                               

1.  Pentingnya Eko Interior
a.        Dasar pentingnya mempelajari Eko Interior

1)       Conflic in use:  merupakan penggunaan untuk beberapa kepentingan dalam implementasi karya;

2)       Fisical Polution: adanya pengaruh luar dan dalam proses serta hasil implementasi karya;

3)       Resoures Development : merupakan eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan dalam berkarya desain;

4)     Social Polution: sebagai moral, perilaku dalam pengelolaan lingkungan hidup.


b.   Tujuan mempelajari Eko Interior

1)       Segi Praktis Ideal; tercapainya keserasian hidup dan terpeliharanya lingkungan yang serasi sepanjang masa.

2)       Segi Akademik; mempelajari sebab akibat, sifat dan wujud hidup atau bentuk pencemaran (fisis, sosial dan budaya) terutama pencemaran sosial yang menjadi penghambat lajunya pembangunan berwawasan lingkungan.

3)       Segi tanggung jawab moral; sebagai insan lingkungan mengarahkan dan membawa karya desain yang ramah lingkungan serta membawa masyarakat menuju sadar lingkungan agar kehidupan dan penghidupan manusia semakin serasi dan sejahtera.

c.             Memulihkan dan Mempertahankan Kelestarian Ekosistem Bumi

1)       Pendekatan terpadu pengelolaan sumber daya alam (SDA)

2)       Mempertahankan sedapat mungkin ekosistem alami di setiap karya Desain Interior

3)    Menghilangkan tekanan tehadap ekosistem alami dan yang telah dimodifikasi dengan cara melindungi hasil karya Desain Interior dan mengelola dengan cara berwawasan lingkungan.



2.  Lingkungan Hidup

Adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan mahluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya (UULH 4, 1982, Bab I Pasal 1 ayat 1).

Lingkungan hidup disusun oleh sumberdaya yang terdiri dari sumberdaya manusia, sumberdaya alam hayati, sumberdaya alam non hayati, dan sumberdaya buatan (UULH, 1982 Bab I Pasal 1 ayat 5, Anonimus, 1989).

Ilmu Lingkungan ialah ilmu yang mempelajari lingkungan hidup, yang disusun oleh sumberdaya manusia dan sumberdaya alam hayati (mahluk hidup), sumberdaya alam non hayati dan sumberdaya buatan (sebagai habitat atau tempat tinggal).


3. Ekologi Induk Ilmu Lingkungan

Induk Ilmu lingkungan ialah adanya pengetahuan yang mempelajari hubungan timbal balik yang dinamis antara mahluk hidup dengan habitat atau tempat tinggalnya.

Induk Ilmu Lingkungan adalah “Ekologi” asal kata oikos (rumah tangga) dan logos (ilmu pengetahuan). Ekologi ialah ilmu pengetahuan tentang hubungan timbal balik yang dinamis antara mahluk hidup dengan rumah tangga atau lingkungannya.
Ekologi, mempelajari bentuk hidup dan kehidupan dalam hubungannya tertentu pada suatu periode waktu tertentu dan tempat tertentu.

Ekologi Manusia” atau “Ekologi Sosial” berguna untuk mempelajari cara dan gaya hidup manusia dalam lingkungan totalnya serta dampak yang ditimbulkannya.



3.  Klasifikasi Lingkungan Hidup

Secara sederhana lingkungan hidup terdiri dari Lingkungan Abiotik, Biotik dan Cuture.  Lingkungan Abiotik juga disebut lingkungan fisik alam dan buatan; Lingkungan Biotik terdiri dari mahluk hidup flora dan fauna; sedangkan Lingkungan Culture terdiri dari lingkungan sosial, ekonomi, budaya, pertahanan, keamanan nasional (Sosekbudhankamnas).
Lebih rinci Soemirat (1996) mengklasifikasi lingkungan hidup terdiri:

a.   Lingkungan yang hidup (Biotis)
Lingkungan yang tidak hidup (Abiotis)

b.   Lingkungan Alamiah
Lingkungan Buatan (manusia)

c.    Lingkungan Prenatal
Lingkungan Postnatal

d.   Lingkungan Biofisis
Lingkungan Psikososial

e.    Lingkungan Air (Hydrosfir)
Lingkungan Udara (Atmosfir)
Lingkungan Tanah (Litosfir)
Lingkungan Biologis (Biosfir)
Lingkungan Sosial (Sosiosfir)

f.      Kombinasi dari klasifikasi tersebut.
                 

4.  Isu Lingkungan Global

   Lingkungan Global sebenarnya merupakan pencemaran yang terjadi hampir di seantero pelosok bumi di negara maju maupun di negara berkembang.

   Empat hal masalah lingkungan global:
1.    perubahan tingkat pertumbuhan penduduk;
2.    limbah bahan bahaya beracun (B3);
3.    pergeseran  lokasi sumber dan penyebaran pencemaran dari negara industri ke negara berkembang;
4.    serta menyebarnya dampak lokal menjadi global.

   “Perubahan tingkat pertumbuhan penduduk seiring dengan perkembangan ekonomi. Pertumbuhan penduduk diikuti dengan konsumsi minyak bumi dan penggunaan energi yang meningkat”.

   Limbah Bahan Berbahaya Beracun (B3) yang sangat ditakuti adalah limbah pestisida dan sampah radio aktif.

   Penyebab utama pencemaran lingkungan :
a.    pertumbuhan penduduk yang sejalan dengan perkembangan ekonomi.
b.    barangkali karena gerakan ekologi dangkal negara maju yang mengekspor pencemaran ke negara berkembang untuk mengurangi pencemaran di negara mereka sendiri.

        Pencemaran tidak mengenal batas negeri (pollution knows no national boundary)m sehingga pencemaran pada suatu negara akan berakibat pada negara lain. Kasus hujan asam adalah contoh yang nyata. Hujan asam adalah hujan dengan derajad keasaman pH lebih kecil dari 5,6. Air hujan menjadi asam karena terkontaminasi oleh sulfur dioksida (SO2) dan oksida nitrogen (NOx). Sumber SO2  yang utama adalah industri dengan bahan bakar batu bara, sumber  NOx yang terbesar adalah kendaraan bermotor. Akibat hujan asam pada bangunan, ekosistem danau, lahan, dan hutan serta tanaman pertanian sangatlah merugikan.

        Pencemaran global yang lain disebabkan senyawa kimia freon atau Clorofluorocarbon (CFC) yang merusak lapisan ozon. Lapisan ozon menyelubungi bumi di dalam stratosfir pada ketinggian sekitar 15 sampai 25 km dari permukaan bumi. Ozon menjadi penyaring sinar ultraviolet, sedangkan sinar ultraviolet jenis UV-C sangat berbahaya bagi kehidupan karena dapat menimbulkan kanker.







Efek rumah kaca dan pemanasan global merupakan fenomena pencemaran global lain yang semakin mengkhawatirkan. Efek rumah kaca terjadi karena semakin banyaknya gas CO2 di angkasa berakibat cahaya matahari sampai ke bumi dipantulkan ke angkasa ternyata tertahan di lapisan CO2 tersebut dan dipantulkan balik ke permukaan bumi yang menjadikan bumi semakin panas. Sumbangan gas CO2 ter-hadap efek rumah kaca sekitar 50% saja. Penyebab lainnya adalah gas methane (15%), CFC (13%), NOx (9%), dan gas stratosfir (13%).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menjadikan sadar dan menajamkan kepekaan sewaktu mendesain agar selalu memperhatikan serta ikut melestarikan lingkungan secara berkelanjutan dalam menghadapi globalisasi.