A. Skala Kenyamanan Fisiologis
Skala kelelahan Industrial Fatique Research Committe (IFRC) mengandung 30 pertanyaan indikator (Suma’mur, 1980). Pertanyaan indikator kenyamanan fisiologis berhubungan dengan gejala kelelahan yang menujukkan gejala kenyamanan fisiologis atau dapat mempengaruhi “gairah kerja”.
Gejala kenyamanan fisiologis atau yang berkaitan dengan kelelahan disusun menjadi daftar pertanyaan. Daftar pertanyaan digunakan untuk menjaring pertanyaan genjala kenyamanan fisiologis dari penghuni bangunan interior. Penghuni bangunan interior akan mengungkap pernyataan ini atas dasar pengalaman yang pernah diperoleh selama ia menghuni.
Tabel 1: Gejala kelelahan yang berkaitan dengan kenyamanan fisiologis
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. | Perasaan berat di kepala. Lelah di seluruh badan. Kaki terasa berat Sering menguap. Pikiran jadi kacau. Menjadi mengantuk. Merasa adanya beban di mata. Kaku dan canggung dalam bergerak. Tidak seimbang dalam berdiri. Ingin berbaring saja. | Pelemahan |
11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. | Sukar berpikir. Lelah kalau berbicara. Menjadi gugup. Tidak dapat berkonsentrasi. Tidak mempunyai perhatian terhadap sesuatu. Cenderung untuk menjadi lupa. Kurang percaya terhadap diri sendiri. Cemas terhadap sesuatu. Tidak dapat mengontrol sikap. Tidak dapat tekun dalam bekerja. | Motivasi |
21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. | Membuat sakit kepala. Kekakuan di bahu. Rasa nyeri di pinggang. Pernapasan tertekan. Selalu haus. Suara menjadi serak. Pening kepala. Kelopak mata tegang atau linu (spasme) Gemetar (tremor) pada anggota badan. Merasa kurang sehat. | Gambaran |
Gejala nomor 1 sampai dengan nomor 10 sebagai indikator “pelemahan”; gejala nomor 11 sampai dengan 20 sebagai indikator “motivasi”; dan gejala nomor 21 sampai dengan nomor 30 disebut sebagai indikator “gambaran”.
Singelton (1972) menggunakan cara penilaian dengan menyediakan empat buah pertanyaan untuk setiap pertanyaan dari ke 30 indikator. Setiap pertanyaan mempunyai atribut dan nilai:
a. TP, yang berarti : tidak pernah, nilai = 1
b. KD, yang berarti : kadang-kadang, nilai = 2
c. ST, yang berati : sering terjadi, nilai = 3
d. SS, yang berarti : sangat sering, nilai = 4
Dengan cara menjumlah nilai setiap pernyataan dari 30 pernyataan indikator diperoleh nilai gabungan. Penjumlahan ini menghasilkan nilai kenyamanan fisiologis dalam eko-interior mulai dari 30 sampai 120. Skala Kenyamanan fisiologis didapat dengan memberikan kategori dari hasil penilaian tersebut.
a. nilai rendah, 30 sampai dengan 80 : termasuk “nyaman”;
b. nilai sedang, 61 sampai dengan 90 : termasuk “tidak nyaman”;
c. nilai tinggi, 91 sampai dengan 120 : termasuk “sangat tidak nyaman”.
B. Uji Finger-Tapping
Uji finger-tapping untuk mengukur kenyamanan fisiologis dalam eko-interior dilakukan dengan cara pengukuran kecepatan atau jumlah maksimal mengetukkan salah satu jari tangan selama 1 menit dengan menggunakan “hand-tally-counter” (Siahaan, 1982). Asumsi dasar dalam pengukuran ini ialah, semakin besar jumlah maksimal dalam mengetukkan salah satu jari tangan selama 1 (satu) menit, berarti semakin “nyaman”.
Hand tally counter dapat dipergunakan untuk mengukur kecepatan mengetukkan jari tangan, sebagai jawaban gejala fisik yang diterima.
Cara kerja dalam menggunakan alat uji fingger-tapping, sebagai berikut.
(1) alat dipegang tangan (digenggam) dengan posisi cincin masuk ke jari telunjuk dan ibu jari tangan diletakkan pada handle;
(2) ibu jari tangan diketukkan pada handle berulang-ulang secepat kemampuan yang dimiliki;
(3) saat dimulai dan diakhiri pengetukan ibu jari tangan ditentukan serta diukur dalam satuan waktu 1 (satu) menit;
(4) jumlah ketukan tangan dapat dibaca langsung pada angka di alat ukur hand tally counter.
Alat pengukur waktu dapat dipergunakan jam tangan, jam meja atau bila diperlukan ketepatan maka dianjurkan dipergunakan stop-watch, untuk mengukur lamanya waktu 1 menit kemampuan jari tangan dalam pengukuran uji finger-tapping.
Pengukuran suhu udara yang digunakan dalam pengukuran kenyamanan fisiologis dalam eko-interior adalah menggunakan Index Suhu Basah dan Bola (ISBB). Menurut Harahap (1982), Wet Bulb Globe Temperatur Index (WBGT) di Indonesia dikenal dengan Index Suhu Basah dan Bola (ISBB). ISBB merupakan parameter sengatan panas untuk mengukur suhu udara yang berkaitan segi “fisiologis”. Pengukuran ISBB diketahui dengan menggunakan pendekatan rumus sebagai berikut.
(1) Pengukuran parameter sengatan panas ISBB pada ruang terbuka, menggunakan rumus:
Keterangan :
Sba = suhu basah alami,
Sb = suhu bola,
Sk = suhu kering,
0,7; 0,2; 0,1 = konstanta.
(2) Pengukuran parameter sengatan panas ISBB di dalam ruangan tertutup, menggunakan rumus:
Keterangan :
Sba = suhu basah alami,
Sb = suhu bola,
0,7; 0,3 = konstanta.
Suhu tubuh manusia sebagai penghuni bangunan interior tidak dapat dipakai sebagai ukuran kenyamanan, karena kenyamanan menyangkut pernyataan segi psikologis dan fisiologis. Kenyamanan dalam penghunian interior menunjukkan sifat yang sangat kualitatif dan sangat relatif. Index kenyamanan didapat atas dasar angka optimal dari keadaan lingkungan dan kenaikan stress, yang menunjukkan adanya perubahan keadaan lingkungan interior. Terjadinya perubahan lingkungan interior sangat dipengaruhi oleh variabel index suhu berupa udara dan kelembaban relatif. Kelemahan ini terjadi karena pada umumnya orang akan bergerak pada kondisi kelembaban yang berbeda, sehingga terjadi pemanasan tubuh dan pendinginan tubuh. Untuk dapat menyederhanakan dan mempermudah pengukuran secara kuantitatif hingga dapat dipergunakan, dalam praktek digunakan kriteria “index kenyamanan” (comfort index) dari The US National Weather Services WHO (1969) dengan pendekatan rumus:
KKeterangan :
IK = Indek Kenyamanan,
T = Suhu udara dalam {(ISBB x 1,8) + 32 }0 F,
Atau T = {(ISBB x 1,8) + 32 }0 F,
KR = Kelembaban Relatif,
0,55; 1; 0,01; 50 = kontstanta
Kriteria skala indek kenyamanan dari The US National Weather Services menggunakan skal interval indek kenyamanan sebagai indicator, dan jumlah (presentase) pernyataan dalam setiap kategori skala kenyaman sebagai indikasi.
Skala indek kenyaman tersebut adalah:
(1) Indek kenyaman lebih kecil dari 70, berarti tidak ada yang dinyatakan “tidak nyaman”, atau 100 % dinyatakan “nyaman”.
(2) Indek kenyamanan antara 70 sampai dengan 80 berarti 50 % dapat dinyatakan “nyaman”, 50% dinyatakan “tidak nyaman” dan “sangat tidak nyaman”.
(3) Indek kenyamanan lebih besar dari 80 berarti semua (100%) dinyatakan “idak nyaman”dan “sangat tidak nyaman”.
Perbandingan antara indek kenyamanan dan nilai kenyamanan dapat menunjukkan seberapa jauh pergeseran yang terjadi antara nyaman dan tidaknya bangunan interior berdasarkan kenyataan yang ada dan nyaman atau tidaknya berdasar standar dari The US National Weather Services.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Menjadikan sadar dan menajamkan kepekaan sewaktu mendesain agar selalu memperhatikan serta ikut melestarikan lingkungan secara berkelanjutan dalam menghadapi globalisasi.