Kamis, 24 November 2011

Sistem dalam Produk Desain Interior

7. Sistem dalam Produk Desain Interior
Sebagai input desain interior dalam proses pembuatannya meliputi bahan baku, bahan penolong, bahan pewarna, tenaga kerja, peralatan, mesin tenaga ahli atau tenaga kerja dan lain-lain.
Pilihan klasifikasi produksi karya desain interior tergantung pada jenis bahan baku, sehingga pengelompokannya dapat dilakukan dengan mudah apakah suatu produksi karya desain interior itu termasuk dalam kelompok industri primair, sekunder ataupun tertier. Untuk beberapa hal produk karya desain interior primer dapat diidentifikasi sebagai industri hulu karena pada dasarnya produk karya desain interior itu ada yang mengolah bahan baku menjadi bahan setengah jadi, seperti pengolahan keramik yang belum difinishing dengan warna atau lapisan permukaan.

INPUT PROSES OUTPUT LIMBAH

- Bahan Baku - Industri Karya desain interior/ -Produk Karya Utama - Nilai Ekonomis
Karya Desain Primair
- Tenaga Kerja - Industri Karya desain interior/ -Produk Sampingan - Tidak Bernilai
Karya Desain Sekunder Ekonomis
- Mesin & Peralatan - Industri Karya desain interior/ - Limbah
- Limbah daur ulang Karya Desain Tertier

-- feed back--
Gambar 6 : Sistem Sederhana dalam Produk Karya Desain Interior

Sebagai output produk karya desain interior diklasifikasikan produk utama, sampingan dan limbah yang dapat diuraikan menjadi limbah bernilai ekonomis dan non-ekonomis.
Potensi sumber pencemaran dapat dilaksanakan pada input, proses maupun pada output-nya dengan melihat jenis dan spesifikasi limbah yang diproduksi. Pada bagan sistem sederhana dalam produksi karya desain interior menggambarkan hubungan antara sub-kegiatan dengan kegiatan lain yang terdapat kemungkinan limbah diproduksi menjadi karya desain interior yang lain.


















Gambar 7: Timbulnya Sisa Daur Ulang
(Hufschmidt, 1988)

Sistem dalam Eko Interior


1.      Sistem dalam Eko Interior
Suatu sistem merupakan suatu rangkaian komponen-komponen yang dirancang untuk mencapai suatu obyektif tertentu sesuai dengan yang telah direncanakan (Johnson et al, 1974).
Komponen sistem mempunyai tiga bagian penting, yaitu:
a.       Suatu sistem harus mempunyai suatu maksud atau obyektif yang harus ditampilkan.
b.      Komponen sistem harus dirangkai atau disusun dalam bentuk  organisasi kegiatan tertentu.
c.       Masukan yang berupa informasi, energi dan bahan dijatahkan berdasarkan rencana operasi yang telah ditetapkan.
Ekosistem dalam eko-interior terbentuk oleh empat subsistem utama yang saling berhubungan antara yang satu dengan yang lainnya. Keempat subsistem dalam eko-interior terdiri dari penghuni, organisasi, lingkungan dan teknologi. Penghuni interior tidak hanya menyangkut jumlahnya saja, tetapi juga aspek yang menyangkut pekerjaan, pendapatan dan pendidikan. Organisasi menyangkut struktur sosial yang mendukung penghuni untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan interior yang dihuni. Lingkungan interior merujuk pada semua gejala ekstenal penghuni interior termasuk sistem sosial. Teknologi merujuk pada artefak, alat dan teknologi yang digunakan oleh penghuni untuk meningkatkan kualitas lingkungan interior.

Suhu Udara Dalam Eko Interior


1.      Suhu Udara
Suhu udara di dalam bangunan inteior dapat diukur dengan termometer ruangan yang sesuai dengan jenis dan peruntukannya.
(1)   Suhu Basah Alam, menggunakan alat ukur “Termometer Suhu Basah Alami” dalam satuan 0C;
(2)   Suhu Bola, menggunakan alat ukur “Termometer Bola” (Vernon Globe) dalam satuan  0C;
(3)   Suhu Kering dan Suhu Basah, menggunakan alat ukur “Psikrometer” dalam satuan  0C.
Dalam pelaksanaan pengukuran Suhu Basah Alami dan Suhu Bola digunakan rumus …(2), untuk mengetahui Indek Suhu Basah dan Bola (ISBB). Suhu Kering dan Suhu Basah dipergunakan bantuan Psychrometric Chart untuk mengetahui kelembaban relatif (relative humidity).

Gairah Kerja Penghuni Interior


1.      Gairah Kerja Penghuni Interior
Kerja adalah merupakan bagian esensial dari kehidupan manusia karena aspek kehidupan yang memberikan status dan mengikat dirinya dengan masyarakat.  Apabila manusia tidak menyukai bekerja jika berada dalam bangunan interior, kesalahannya lebih mungkin terletak pada kondisi psikologis dan fisiologis serta lingkungan sosial dari pekerjaan dalam suatu ruangan, di samping pengaruh Desain Interior ataupun finishing interior. Kurangnya minat bekerja, apatis serta kemalasan disebabkan kurangnya energi, iklim yang melemahkan, diet yang tidak memadai, serta penyakit fisik dan mental. Kemalasan sering merupakan gabungan dari keletihan  dan kurangnya energi. Apabila seseorang tidak bekerja dengan bersemangat, yang pertama dan terutama, kesehatannya memerlukan perhatian. Kurang tidur dan kurang nafsu makan, akan secara serius merusak keefisienan semua orang (Parkinson, 1987).
Untuk mengetahui Kenyamanan fisiologis penghuni yang tinggal dalam bangunan interior dapat dilakukan dengan pertanyaan tentang pendapat dan sikap. Menyangkut tentang pernyataan gejala kenyaman fisiologis dari pengaruh tekanan panas suhu dan kelembaban udara yang diterima. Pernyataan ini merupakan penilaian diri yang meliputi gejala kelelahan fisik, pelemahan fisik dan motivasi yang berkaitan dengan gairah kerja penghuni bangunan interior. Pertanyaan kenyamanan fisiologis ini dapat diketahui melalui 30 butir pertanyaan indikator.
Eko-interior bukanlah tujuan dalam gairah kerja, sasaran utamanya kepuasan penghuni dalam bekerja dengan produktivitas yang lebih tinggi. Desain Interior yang ramah lingkungan menimbulkan kepuasan yang lebih besar kepada penghuni dalam bekerja untuk meningkatkan produktivitasnya. Michael Anggle dalam bukunya The Social Physchology of Work  menyimpulkan, pekerja yang bahagia bekerja lebih giat, dalam pengertian bekerja lebih cepat. Sebaliknya, bila kepuasan kerja tinggi, terjadilah penurunan angka kemangkiran yang disengaja (Parkinson, 1997).
Sumber “usaha” dalam pelaksanaan sesuatu perkejaan terdiri dari lima unsur, yakni: pikiran, tenaga, waktu, ruang dan benda (Gie, 1982). Cara bekerja efisien merupakan tanpa mengurangi  hasil kerja yang dharapkan dapat menunjukkan gairah kerja seseorang. Cara termudah bersangkutpaut dengan pikiran, cara teringan bertalian dengan tenaga; cara tercepat menyangkut waktu; cara terpendek menyangkut jarak; dan cara termurah menunjuk pada benda yang apabla dinilai menurut harganya dinyatakan dalam jumlah uang.
Gejala yang dianggap menjadi semacam satuan ukuran untuk menunjukkan tercapai atau tidaknya penghematan masing-masing sumber usaha ialah kepusingan, kelelahan, kelambatan, jarak, biaya (Gie, 1982). Besar atau kecilnya kelima gejala atau satuan ukuran itu menjadi pertanda tercapai atau tidaknya efisiensi kerja. Apabila diambil besar atau kecilnya ketiga gejala, yaitu kepusingan, kelelahan dan kelambatan adalah berkaitan erat dengan gairah kerja seseorang dalam menghuni bangunan interior. Besarnya kepusingan, kelelahan dan kelambatan berarti tidak tercapai gairah kerja dalam pelaksanaan sesuatu pekerjaan yang dikerjakan dalam ruangan bangunan  hasil desain interior. Gairah kerja lebih erat berkaitan dengan cara termudah dan cara tercepat atau gabungan cara termudah dengan cara teringan dan tercepat. Berikut ini ketiga unsur gairah kerja yang sesuai untuk desain interior yang ramah lingkungan.

Tabel 2: Unsur Gairah Kerja dalam Eko Interior
No
Sumber Kerja
Ciri Perwujudan
Satuan Ukuran
1.
2.
3.
Pikiran
Tenaga
Waktu
Cara termudah
Cara teringan
Cara tercepat
Kepusingan
Kelelahan
Kelambatan
Sumber: Gie (1982) dimodifikasi untuk gairah kerja penghuni interior.
Gairah kerja menghasilkan “kegiatan” yang dilaksanakan selama menghuni ruangan dalam bangunan hasil desain interior. Kegiatan, didefinisikan sebagai apa yang dikerjakan oleh seseorang pada jarak waktu tertentu (Bachtel dan Zeisel, 1987). Lima unsur usaha dalam konsepsi efisiensi, diringkas menjadi empat konsepsi kegiatan. Kegiatan selalu mengandung empat hal pokok, yaitu pelaku, macam kegiatan, tempat dalam ruangan bangunan interior dan waktu berlangsungnya kegiatan.

Skala Kenyamanan Fisiologis


A.    Skala Kenyamanan Fisiologis
Skala kelelahan Industrial Fatique Research Committe (IFRC) mengandung 30 pertanyaan indikator (Suma’mur, 1980). Pertanyaan indikator kenyamanan fisiologis berhubungan dengan gejala kelelahan yang menujukkan gejala kenyamanan fisiologis atau dapat mempengaruhi “gairah kerja”.
Gejala kenyamanan fisiologis atau yang berkaitan dengan kelelahan disusun menjadi daftar pertanyaan. Daftar  pertanyaan digunakan untuk menjaring pertanyaan genjala kenyamanan fisiologis dari penghuni bangunan interior. Penghuni bangunan interior akan mengungkap pernyataan ini atas dasar pengalaman yang pernah diperoleh selama ia menghuni.

Tabel 1: Gejala kelelahan yang berkaitan dengan kenyamanan fisiologis
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Perasaan berat di kepala.
Lelah di seluruh badan.
Kaki terasa berat
Sering menguap.
Pikiran jadi kacau.
Menjadi mengantuk.
Merasa adanya beban di mata.
Kaku dan canggung dalam bergerak.
Tidak seimbang dalam berdiri.
Ingin berbaring saja.




Pelemahan

11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
Sukar berpikir.
Lelah kalau berbicara.
Menjadi gugup.
Tidak dapat berkonsentrasi.
Tidak mempunyai perhatian terhadap sesuatu.
Cenderung untuk menjadi lupa.
Kurang percaya terhadap diri sendiri.
Cemas terhadap sesuatu.
Tidak dapat mengontrol sikap.
Tidak dapat tekun dalam bekerja.




Motivasi


21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
Membuat sakit kepala.
Kekakuan di bahu.
Rasa nyeri di pinggang.
Pernapasan tertekan.
Selalu haus.
Suara menjadi serak.
Pening kepala.
Kelopak mata tegang atau linu (spasme)
Gemetar (tremor) pada anggota badan.
Merasa kurang sehat.




Gambaran


Gejala nomor 1 sampai dengan nomor 10 sebagai indikator “pelemahan”; gejala nomor 11 sampai dengan 20 sebagai indikator “motivasi”; dan gejala nomor 21 sampai dengan nomor 30 disebut sebagai indikator “gambaran”.
Singelton (1972) menggunakan cara penilaian dengan menyediakan empat buah pertanyaan untuk setiap pertanyaan dari ke 30 indikator. Setiap pertanyaan mempunyai atribut dan nilai:
a.       TP, yang berarti   : tidak pernah,         nilai = 1
b.      KD, yang berarti  : kadang-kadang,    nilai = 2
c.       ST, yang berati     : sering terjadi,       nilai = 3
d.      SS, yang berarti   : sangat sering,        nilai = 4
Dengan cara menjumlah nilai setiap pernyataan dari 30 pernyataan indikator diperoleh nilai gabungan. Penjumlahan ini menghasilkan nilai kenyamanan fisiologis dalam eko-interior mulai dari 30 sampai 120. Skala Kenyamanan fisiologis didapat dengan memberikan kategori dari hasil penilaian tersebut.
a.  nilai rendah, 30 sampai dengan 80     : termasuk “nyaman”;
b.  nilai sedang, 61 sampai dengan 90     : termasuk “tidak nyaman”;
c.  nilai tinggi, 91 sampai dengan 120     : termasuk “sangat tidak nyaman”.

B.     Uji Finger-Tapping
Uji finger-tapping untuk mengukur kenyamanan fisiologis dalam eko-interior dilakukan dengan cara pengukuran kecepatan atau jumlah maksimal mengetukkan salah satu jari tangan selama 1 menit dengan menggunakan “hand-tally-counter” (Siahaan, 1982). Asumsi dasar dalam pengukuran ini ialah, semakin besar jumlah maksimal dalam mengetukkan salah satu jari tangan selama 1 (satu) menit, berarti semakin “nyaman”.
Hand tally counter dapat dipergunakan untuk mengukur kecepatan mengetukkan jari tangan, sebagai jawaban gejala fisik yang diterima.
Cara kerja dalam menggunakan alat uji fingger-tapping,  sebagai berikut.
(1)   alat dipegang tangan (digenggam) dengan posisi cincin masuk ke jari telunjuk dan ibu jari tangan diletakkan pada handle;
(2)   ibu jari tangan diketukkan pada handle berulang-ulang secepat kemampuan yang dimiliki;
(3)   saat dimulai dan diakhiri pengetukan ibu jari tangan ditentukan serta diukur dalam satuan waktu 1 (satu) menit;
(4)   jumlah ketukan tangan dapat dibaca langsung pada angka di alat ukur hand tally counter.
Alat pengukur waktu dapat dipergunakan jam tangan, jam meja atau bila diperlukan ketepatan maka dianjurkan dipergunakan stop-watch, untuk mengukur lamanya waktu 1 menit kemampuan jari tangan dalam pengukuran uji finger-tapping.
Pengukuran suhu udara yang digunakan dalam pengukuran kenyamanan fisiologis dalam eko-interior adalah menggunakan Index Suhu Basah dan Bola (ISBB). Menurut Harahap (1982), Wet Bulb Globe Temperatur Index (WBGT) di Indonesia dikenal dengan Index Suhu Basah dan Bola (ISBB). ISBB merupakan parameter sengatan panas untuk mengukur suhu udara yang berkaitan segi “fisiologis”. Pengukuran ISBB diketahui dengan menggunakan pendekatan rumus sebagai berikut.
(1)   Pengukuran parameter sengatan panas ISBB pada ruang terbuka, menggunakan rumus:
Text Box: ,7 sba + 0,2 sb + 0,1 sk  ......................................(1)

ISBB = 0

Keterangan :
Sba               = suhu basah alami,
Sb                 = suhu bola,
Sk                 = suhu kering,
0,7; 0,2; 0,1  = konstanta.
                                                                                                                  
(2)   Pengukuran parameter sengatan panas ISBB di dalam ruangan tertutup, menggunakan rumus:
Text Box: ,7 sba + 0,3 sb ............................................. (2)

IK = T –

Keterangan :
Sba         = suhu basah alami,
Sb          = suhu bola,
0,7; 0,3  = konstanta.

Suhu tubuh manusia sebagai penghuni bangunan interior tidak dapat dipakai sebagai ukuran kenyamanan, karena kenyamanan menyangkut pernyataan segi psikologis dan fisiologis. Kenyamanan dalam penghunian interior menunjukkan sifat yang sangat kualitatif dan sangat relatif. Index kenyamanan didapat atas dasar angka optimal dari keadaan lingkungan dan kenaikan stress, yang menunjukkan adanya perubahan keadaan lingkungan interior. Terjadinya perubahan lingkungan interior sangat dipengaruhi oleh variabel index suhu berupa udara dan kelembaban relatif. Kelemahan ini terjadi karena pada umumnya orang akan bergerak pada kondisi kelembaban yang berbeda, sehingga terjadi pemanasan tubuh dan pendinginan tubuh. Untuk dapat menyederhanakan dan mempermudah pengukuran secara kuantitatif hingga dapat dipergunakan, dalam praktek digunakan kriteria “index kenyamanan” (comfort index) dari The US  National Weather Services WHO (1969) dengan pendekatan rumus:
Text Box:  0,55 (1 – 0,01 KR) (T – 50) ................................ (3)

 EMBED

KKeterangan :
IK   = Indek Kenyamanan,
T     = Suhu udara dalam  {(ISBB x 1,8) + 32 }0  F,
Atau  T     = {(ISBB x 1,8) + 32 }0  F,
KR  = Kelembaban Relatif,
0,55; 1; 0,01; 50 = kontstanta

Kriteria skala indek kenyamanan dari The US National Weather Services  menggunakan skal interval indek kenyamanan sebagai indicator, dan jumlah (presentase) pernyataan dalam setiap kategori skala kenyaman sebagai indikasi.
Skala indek kenyaman tersebut adalah:
(1)       Indek kenyaman lebih kecil dari 70, berarti tidak ada yang dinyatakan “tidak nyaman”, atau 100 % dinyatakan “nyaman”.
(2)       Indek kenyamanan antara 70 sampai dengan 80 berarti 50 %   dapat dinyatakan “nyaman”, 50% dinyatakan “tidak nyaman” dan “sangat tidak nyaman”.
(3)       Indek kenyamanan lebih besar dari 80 berarti semua (100%) dinyatakan “idak nyaman”dan “sangat tidak nyaman”.
Perbandingan antara indek kenyamanan dan nilai kenyamanan dapat menunjukkan seberapa jauh pergeseran yang terjadi antara nyaman dan tidaknya bangunan interior  berdasarkan kenyataan yang ada dan nyaman atau tidaknya berdasar standar dari The US National Weather Services.