Rabu, 02 November 2011

Eko-Material


    Eko-material
“Eko-material: merupakan singkatan dari environmentally-coscious materials, ecologically-oriented materials, atau ecologically-benign materials, yaitu material sadar lingkungan, material berorientasi pada ekologi, atau material ramah lingkungan. Konsep ini lahir setahun sebelum diselenggarakannya Konferensi Tingkat Tinggi Bumi (Earth Sumit ) di Rio de Janiero, Brasil, tahun 1992. Dipelopori oleh ilmuwan Jepang, selanjutnya berkembang di negara–negara Eropa, Amerika Serikat, serta negara–negara lainnya.
Teori George Clark (dengan bukunya Elements of Ecology) menyatakan elemen ekologi adalah organisme, tumbuhan di dalam dunia floranya, hewan dengan dunia faunanya, serta manusia sebagai mahluk tertinggi, temasuk factor eko-interior yang ebrsifat fisis, chemis, dan mekanis. Diantara elemen dengan factor eko-interior terdapat berbagai sebagai suatu inter-relationship yang bersifat mutual dan crucial. Masing-masing elemen pada eko-interior memiliki serta terpust pada berbagai ekosistem.
Konsep material dan pemprosesannya ini merupakan buah kesadaran para ilmuwan bidang material terhadap lingkungan global. Kesadaran holistik akan interaksi aktivitas berbagai sistem yang meliputi human–system, geo–system, dan bio–system. Dua sistem terakhir ini dikenal dengan ecosphere.
Pemprosesan material tradisional selama ini masih berfokus hanya pada dua sistem pertama. Manusia memproduksi material dari bahan baku yang berasal dari alam. Memprosesnya menggunakan teknologi yang ada maupun baru, untuk selanjutnya digunakan guna memenuhi keperluan hidup serta dalam rangka peningkatan kenyamanan. Eco-materials berusaha mengaitkan ketiga system itu secara menyeluruh. Menurut Harjanto (2003) terpenuhinya kebutuhan hidup dan kenyamanan manusia dengan memperhatikan kelestarian lingkungan. Sebagai sebuah bidang ilmu, eco-materials dikembangkan dengan menyandarkan pada tiga hal pokok yang saling berkaitan erat.
Pertama, pengembangan eco-materials merupakan salah satu bentuk pengembangan teknologi baru yang dapat meluaskan batas pengetahuan manusia. Hal ini sejalan dengan pengembangan mateial tradisional dengan meningkatkan fungsinya secara fisika, kimia maupun panas.
Kedua, eco-materials dikembangkan dengan meminimalisasi kerusakan lingkungan alam. Pengurangan konsumsi material dan energi, emisi gas beracun dan limbah akibat pemrosesan material, menjadi perhatian utama dalam rangka mengurangi dampak terhadap lingkungan.
Ketiga, melalui optimalisasi teknologi dan infrastuktur dalam menciptakan hidup sehat serta harmonis dengan alam. Keramahan material diukur tidak saja kepada manusia penggunanya, tetapi juga alam.
Dengan demikian, pengembangan eco-materials dapat diuji dan didekati, diantaranya dengan pertanyaan-pertanyaan berikut.
a.       Bagaimana memproduksi eko material dengan sifat dan karakteristik yang memenuhi syarat penggunaan dengan sekecil mungkin dampak terhadap lingkungan.?
b.      Bagaimana memperoleh kinerja maksimum eko material dengan seminimal mungkin konsumsi bahan baku dan energi? 
c.       Bagaimana sifat daur ulang eko material dapat lebih ditingkatkan?.
Penelitian dan pengembangan eco-materials relatif sangat actual, ditandai dengan baru dilaksanakannya empat konferensi internasional sejauh ini. Satu hala yang dapat membuka peluang bagi negara lain untuk mengejar perkembangan teknologi ini. Ada tiga bidang/kelompok eco-materials yang gencar diteliti dan dikembangkan, yaitu bidang/kelompok material konsumer, material komoditas dan material transmisi energi serta transportasi.

Beragam Jenis Eko-material
Material konsumer adalah material hasil produksi massal yang digunakan untuk keperluan sehari-hari. Penggunaannya sangat dekat dengan manusia. Terhadap material ini, justru yang digunakan adalah menggantikan senyawa-senyawa berbahaya material tradisional dengan senyawa baru yang lebih aman. Tujuan akhirnya adalah mengurangi beban lingkungan dari senyawa itu. Material bebas senyawa berbahaya.
Plastik kemasan dibuat lebih “ramah” dengan mengantikan unsure klor (Cl) di dalam rantai polimernya. Klor adalah unsur utama pembentuk dioksin (Polychlororinated dibenzo diaxins, PCDD) yang termasuk golongan endocrine disruptor.  Salah satu senyawa organic beracun yang bias mengakibatkan kegagalan fungsi hormonal pada tubuh manusia. Pembentukannya tidak serta merta terjadi. Pemicunya adalah jika plastic yang mengandung klor itu terbakar pada temperature sekitar 200-400 derajad Celcius. Menciptakan plastic bebas klor adalah lahan garapan peneliti di bidang ini.
Timbal termasuk pula unsure yang tidak diinginkan keberadaannya bagi eco-mateials.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menjadikan sadar dan menajamkan kepekaan sewaktu mendesain agar selalu memperhatikan serta ikut melestarikan lingkungan secara berkelanjutan dalam menghadapi globalisasi.