Eko-material
“Eko-material: merupakan singkatan dari environmentally-coscious
materials, ecologically-oriented materials, atau
ecologically-benign materials, yaitu
material sadar lingkungan, material berorientasi pada ekologi, atau material
ramah lingkungan. Konsep ini lahir setahun sebelum diselenggarakannya
Konferensi Tingkat Tinggi Bumi (Earth Sumit
) di Rio de Janiero, Brasil, tahun 1992. Dipelopori oleh ilmuwan Jepang,
selanjutnya berkembang di negara–negara Eropa, Amerika Serikat, serta
negara–negara lainnya.
Teori George Clark (dengan bukunya Elements of
Ecology) menyatakan elemen ekologi
adalah organisme, tumbuhan di dalam dunia floranya, hewan dengan dunia faunanya,
serta manusia sebagai mahluk tertinggi, temasuk factor eko-interior yang
ebrsifat fisis, chemis, dan mekanis. Diantara elemen dengan factor eko-interior
terdapat berbagai sebagai suatu inter-relationship yang bersifat mutual dan crucial. Masing-masing
elemen pada eko-interior memiliki serta terpust pada berbagai ekosistem.
Konsep material dan pemprosesannya ini merupakan buah
kesadaran para ilmuwan bidang material terhadap lingkungan global. Kesadaran
holistik akan interaksi aktivitas berbagai sistem yang meliputi human–system, geo–system,
dan bio–system. Dua sistem terakhir ini
dikenal dengan ecosphere.
Pemprosesan material tradisional selama ini masih
berfokus hanya pada dua sistem pertama. Manusia memproduksi material dari bahan
baku yang berasal dari alam. Memprosesnya menggunakan teknologi yang ada maupun
baru, untuk selanjutnya digunakan guna memenuhi keperluan hidup serta dalam
rangka peningkatan kenyamanan. Eco-materials berusaha mengaitkan ketiga system itu secara menyeluruh. Menurut
Harjanto (2003) terpenuhinya kebutuhan hidup dan kenyamanan manusia dengan
memperhatikan kelestarian lingkungan. Sebagai sebuah bidang ilmu, eco-materials
dikembangkan dengan menyandarkan pada tiga hal
pokok yang saling berkaitan erat.
Pertama,
pengembangan eco-materials merupakan salah satu bentuk pengembangan teknologi
baru yang dapat meluaskan batas pengetahuan manusia. Hal ini sejalan dengan
pengembangan mateial tradisional dengan meningkatkan fungsinya secara fisika,
kimia maupun panas.
Kedua,
eco-materials dikembangkan dengan meminimalisasi kerusakan lingkungan alam.
Pengurangan konsumsi material dan energi, emisi gas beracun dan limbah
akibat pemrosesan material, menjadi perhatian utama dalam rangka
mengurangi dampak terhadap lingkungan.
Ketiga,
melalui optimalisasi teknologi dan infrastuktur dalam menciptakan
hidup sehat serta harmonis dengan alam. Keramahan material diukur tidak saja
kepada manusia penggunanya, tetapi juga alam.
Dengan demikian, pengembangan eco-materials dapat
diuji dan didekati, diantaranya dengan pertanyaan-pertanyaan berikut.
a. Bagaimana memproduksi eko material dengan sifat dan
karakteristik yang memenuhi syarat penggunaan dengan sekecil mungkin dampak
terhadap lingkungan.?
b. Bagaimana memperoleh kinerja maksimum eko material
dengan seminimal mungkin konsumsi bahan baku dan energi?
c.
Bagaimana sifat daur ulang eko material dapat lebih
ditingkatkan?.
Penelitian dan pengembangan eco-materials relatif
sangat actual, ditandai dengan baru dilaksanakannya empat konferensi
internasional sejauh ini. Satu hala yang dapat membuka peluang bagi negara lain
untuk mengejar perkembangan teknologi ini. Ada tiga bidang/kelompok eco-materials yang gencar diteliti dan dikembangkan, yaitu
bidang/kelompok material konsumer, material komoditas dan material transmisi
energi serta transportasi.
Beragam Jenis Eko-material
Material konsumer adalah material hasil produksi
massal yang digunakan untuk keperluan sehari-hari. Penggunaannya sangat dekat
dengan manusia. Terhadap material ini, justru yang digunakan adalah
menggantikan senyawa-senyawa berbahaya material tradisional dengan senyawa baru
yang lebih aman. Tujuan akhirnya adalah mengurangi beban lingkungan dari
senyawa itu. Material bebas senyawa berbahaya.
Plastik kemasan dibuat lebih “ramah” dengan
mengantikan unsure klor (Cl) di dalam rantai polimernya. Klor adalah unsur
utama pembentuk dioksin (Polychlororinated
dibenzo diaxins, PCDD) yang termasuk
golongan endocrine disruptor. Salah satu
senyawa organic beracun yang bias mengakibatkan kegagalan fungsi hormonal pada
tubuh manusia. Pembentukannya tidak serta merta terjadi. Pemicunya adalah jika
plastic yang mengandung klor itu terbakar pada temperature sekitar 200-400
derajad Celcius. Menciptakan plastic bebas klor adalah lahan garapan peneliti di bidang
ini.
Timbal termasuk pula unsure yang
tidak diinginkan keberadaannya bagi eco-mateials.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Menjadikan sadar dan menajamkan kepekaan sewaktu mendesain agar selalu memperhatikan serta ikut melestarikan lingkungan secara berkelanjutan dalam menghadapi globalisasi.